Sabtu, 28 September 2019

Sinopsis Film "Bumi Manusia" (2019)

                                   
  (foto :https://www.biem.co/read/2019/06/19/42085/falcon-pictures-rilis-poster-film-bumi-manusia/)

        Film terbaru Hanung Bramantyo, Bumi Manusia yang baru saja tayang pada bulan Agustus,  berdekatan dengan hari kemerdekaan Indonesia ini, Mengisahkan tentang perjuangan seorang Nyai (Gundik) pada zamannya untuk memperjuangkan haknya, dan kisah cinta dua anak manusia yang berbeda bangsa (Annelies dan Minke).  
       Pada zaman penjajahan bangsa kolonial dan noni-noni Belanda, adalah zaman dimana kaum pribumi masih dianggap rendah , dan bangsa-bangsa mereka dianggap tinggi derajatnya. Maka dari itu HBS (Hoogere Burgerschool), adalah pendidikan menengah umum pada zaman Hindia Belanda untuk orang Belanda sendiri, Eropa atau anak-anak elite pribumi yang mempunyai jabatan-jabatan tinggi dipemerintahan. Salah satunya adalah Minke (nama julukan yang ia peroleh dari gurunya waktu kecil), anak seorang Bupati Bojonegoro oleh teman-temannya, ia sering dianggap berbeda karena memiliki warna kulit yang gelap tidak seperti kulit bangsa eropa kebanyakan. Meski begitu Minke adalah anak yang cerdas & pintar menguasai dan berkomunikasi dengan bahasa Belanda , ia juga berbisnis kecil-kecilan mebel yang ia tawarkan pada orang tua teman-temannya disekolah.
         Hingga pada suatu ketika, Minke remaja berteman dengan Robert Suurhof (anak indo yang juga bersekolah di HBS) yang berteman dengan Robert Mellema seorang anak dari Herman Mellema , orang asli keturunan Belanda yang mempunyai kebun dan peternakan di Wonokromo. Minke diajak oleh Suurhof untuk bertamu dirumah Robert Mellema, disanalah Minke bertemu dengan seorang gadis bernama Annelies yang merupakan adik dari Robert Mellema dan juga Nyai Ontosoroh (gundik) yang merupakan ibu dari Annelies dan Robert.yang mengubah jalan dan takdir hidupnya. 
Sifat kedua kakak beradik ini sangatlah berbeda dan sangat bertolak belakang, disisi lain meskipun Annelies memiliki kakak yang tidak menyukai kaum pribumi, ia sangat mengaggumi ibunya yang merupakan keturunan asli pribumi yang baik hati, pandai , dan tingkah lakunya yang seperti nyonya-nyonya Eropa yang cerdas dan pandai berbisnis, Nyai Ontosoroh tidak sama seperti gundik-gundik lain (istri simpanan) laki-laki eropa. Nyai ontosoroh atau Sanikem, Sanikem muda dijual oleh ayahnya kepada Herman Mellema yang saat itu menjanjikannya akan menggantikan Sanikem dengan jabatan juru bayar kepada ayahnya. Namun Herman Mellema tidak seperti laki-laki Belanda lain yang memperlakukan gundik-gundiknya dengan kasar dan kejam, ia memperlakukan Sanikem dengan amat baik, diajarinya berbahasa Belanda dan berbisnis hingga akhirnya Sanikem pandai mengelola bisnis perkebunan dan peternakan Herman Mellema, terlebih lagi Sanikem menyukai Minke yang disuruhnya untuk memanggil dirinya "Mama".
       Namun kebahagiaan keluarga mereka berubah ketika menemukan ayah mereka telah mati terkulai disebuah rumah bordir. Kematian Herman Mellema membuat kasus yang panjang dipengadilan yang saat itu dihakimi oleh bangsa Belanda sendiri untuk mengungkap siapa pembunuh Herman Mellema sebenarnya, hingga membuat kisah ini begitu dramatis dan pelik antara ibu (Nyai ontosoroh) dan Annelies, Darsam (orang kepercayaan nyai), dan Minke yang saat itu dijadikan saksi dan diduga terlibat oleh kematian Herman Mellema terlebih lagi ia dan Annelies saling mencintai. 

          Cerita dalam film ini diadaptasi dari Novel berjudul sama karya Pramoedya Ananta Toer yang kemudian dikemas menjadi sebuah film yang dapat membangkitkan rasa semangat juang bangsa dalam memperjuangkan haknya. Selain itu karakter Minke diperankan oleh Iqbal Ramadhan yang telah sukses memerankan film sebelumnya, dan Annelies oleh Mawar Eva De Jongh, seorang penyanyi dan aktris baru yang sedang mengembangkan karirnya. Film ini juga melibatkan beberapa pemain seperti Sha Ine Febriyanti (Nyai Ontosoroh), Ayu Laksmi (Ibu Minke), Giorgino Abraham (Robert Mellema), Jerome Kurniawan (Robert Suurhoof), dan Bryan Domani (Jan Daperste).
Selain itu, Musisi legenda Iwan Fals juga menjadi pengisi soundtrack dalam film ini bersama dengan Once, dan Fiersa Besari, yang mengcover kembali lagu "Ibu Pertiwi" menjadi versi mereka sendiri. Ada banyak nilai dan pelajaran yang disampaikan dalam Film ini, diantaranya untuk mengajarkan semangat juang para pemuda Indonesia dalam memperjuangkan hak yang sama di negaranya sendiri, dan juga menghargai perbedaan-perbedaan satu sama lain diantara banyaknya suku dan budaya di Indonesia. 


Merayakan Kemerdekaan dan Hari Istimewa sambil Menikmati Indahnya The Lawu Park

Hai kawan, traveling kali ini adalah pengalaman berkesan yang aku rasakan, karena traveling kali ini adalah momen dimana aku me...